LIPUTANRAKYAT.COM| Banda Aceh – Kepemimpinan yang peduli akan nasib rakyat kecil menjadi kerinduan rakyat Aceh sejak lama. Di tambah lagi sudah puluhan hingga ratusan triliun uang otsus mengalir di Aceh namun belum mampu di maksimalkan untuk membantu nasib rakyat kecil dan seakan hanya dinikmati oleh kalangan menengah ke atas. Kehadiran pemimpin dengan program kerakyatan dan kepedulian yang tinggi telah lama menjadi dambaan semua.
Aminullah sosok anak desa yang hadir dari sebuah gampong di pinggir belantara bernama Woyla dikenal dengan sosok merakyat, tidak sombong, pemerhati anak yatim dan duafa dan mampu menjalankan birokrasi pemerintahan dengan baik capaian capaian yang nyata. Ratio perubahan wajah Banda Aceh hingga diakui di tingkat nasional merupakan salah satu fakta kepemimpinannya. Tak hanya itu, sosok Aminullah juga dikenal mampu beradaptasi dengn semua kalangan mulai ulama, birokrat , TNI/Polri, pengusaha, anak muda dan rakyat kecil.
“Kita sudah amati rekam jejak dari berbagai tokoh yang dinilai berpotensi untuk maju Gubernur Aceh, alhasil kita melihat ada nilai plus berupa capaian nyata terkait ekonomi, pendidikan, pelayanan pemerintahan dan sosial di bawah kepemimpinan Pak Aminullah. Hal yang lebih penting, setelah kita track lebih jauh, ternyata kepedulian sosial dan mudah beradaptasi dengan berbagai lapisan masyafakat yang ditunjukkan Pak Aminullah bukan hanya ketika menjabat Walikota, ternyata sejak memimpin Bank Aceh selama 10 Tahun juga sangat dikenal dengan jiwa sosialnya. Sehingga kita semakin yakin jika diamanahkan memimpin Aceh akan lebih banyak berbuat untuk rakyat kecil,” ungkap Koordinator Gerakan Muda Peduli Aceh (GMPA) Muhammad Jasdi kepada media, Jum’at (22/07/2022).
Pria yang akrab disapa Jhon Jasdi itu menjelaskan, di tengah masa pandemi dikala anggaran sangat terbatas di berbagai daerah termasuk Banda Aceh, Aminullah masih mampu memmbangun rumah dan merenovasi rumah duafa mencapai 800 unit selama dekade 5 tahun, bahkan di hari terakhir menjabat sebagai Walikota Aminullah masih sempat menyerahkan rumah duafa hang di bangun.
“Kita bisa lihat, di Aceh saat ini mana ada pemimpin yang kepeduliannya kepada rakyat kecil seperti ini. Pak Aminullah terbukti turun langsung, lihat dan segera renovasi/bangun rumah duafa dalam waktu 10-14 hari kerja, lalu kemudian beliau langsung yang serahkan kepada masyarakat kecil penerima bantuan. Ini gerakan kepedulian yang luar biasa yang ditunjukkan sehingga beliau sangat layak untuk memimpin Aceh sehingga rakyat kecil lebih banyak diperhatikannya,” ujarnya.
Masih kata Jhon Jasdi, kepedulian terhadap kalangan disabilitas, UMKM hingga kalangan muda juga bagian yang tak bisa kita pisahkan jika bicara sosok tokoh yang akrab dengan panggilan Bang Carlos itu. Belum lagi jika bicara syiar islam, kepeduliannya bukan sebatas basa basi belaka. “Data menunjukkan bahwa penegakan Syariat Islam di Banda Aceh berjalan dengan baik dimana 2018 pelanggaran syariat 215 kasus menurun di 2021 hanya 53 pelanggaran syariat. Ditambah lagi beliau sangat dekat dengan ulama dan pendiri zikir gemilang Banda Aceh yang menjadikan pendopo Walikota sebagai sentral zikir dan syiar islam di ibukota,” tambahnya.
Menurut Jhon Jasdi, memilih pemimpin bukan lah persoalan coba-coba, namun harus terbukti benar-benar sosok yang peduli. “Kalau bukan begini pemimpin Aceh siapa lagi, orang nya dermawan dan sisi kepribadian dan kemampuan managerial sangat teruji dan meyakinkan. Yang paling penting kepeduliannya terhadap masyarakat kecil yang telah dibuktikan,”jelasnya.
– Aminullah-Haji Uma Harus Bersinergi
Untuk mengoptimalkan kepemimpinan Aceh yang berpihak kepada rakyat kecil, maka diharapkan agar Aminullah dan Haji Uma dapat bersinergi. “Berdasarkan hasil kajian kita, sosok paling ideal untuk menjadi wakil Aminullah pada Pilkada 2024 mendatang adalah Haji Uma. Hal bukan hanya sebatas karena popularitas, namun yang lebih penting ada nilai kepedulian terhadap rakyat kecil sehingga sama-sama bisa selaras dalam memimpin. Menurut amatan kita, banyak rakyat Aceh sangat mengharapkan Aminullah dan Haji Uma bersinergi untuk jadi pemimpin Aceh ke depan,” katanya.
Menurut Jhon Jasdi, jika uang otsus triliunan rupiah itu dapat dikelola dengan baik dan dimaksimalkan untuk memperhatikan rakyat kecil maka angka kemiskinan akan menurun dan kesejahteraan rakyat akan meningkat. ” Sayangkan uang Aceh tiap tahunnya silpa triliunan rupiah, padahal banyak program kerakyatan yang bisa dilaksanakan. Kita yakin Aminullah-Haji Uma mampu memaksimalkan program-program kerakyatan jika diamanahkan memimpin Aceh. Kalau hanya memimpin kota, anggarannya terlalu kecil dan gagasan program kerakyatan beliau terlalu banyak dan beliau punya keinginan terus menerus bantu rakyat kecil, ini juga akan menjadi kendala. Jadi kalau memimpin Aceh sepertinya akan dapat memberi manfaat lebih banyak dan program kerakyatan yang dijalankan dapat lebih maksimal, insya Allah,” lanjutnya.
Di samping itu, GMPA juga berharap kehadiran kepemimpinan yang peduli dapat benar-benar memanfaatkan kekayaan alam yang luar biasa di Aceh untuk dipergunakan semaksimal mungkin untuk rakyat dan membangun Aceh yang lebih baik.
“Kita yakin Aminullah- Haji Uma mampu produktifkan kekayaan alam aceh untuk kesejahteraan rakyat. Jika tidak ada kepedulian ataupun tidak ada pengetahuan manajerial, maka rakyat Aceh akan terus menerus menjadi penonton di negeri sendiri, sehingga terus meneru berlaku istilah Buya lam krueng teu dong-dong buya tamong meuraseuki. Jadi, insya Allah Aminullah -Haji Uma dengan kepedulian dan kemampuan manajerialnya akan memberi solusi untuk pengelolaan SDA Aceh yang bermanfaat bagi rakyat Aceh,”tutupnya.[Red]